Kota Bebas Polusi Dimulai dari Transportasi Bersih dan Terintegrasi

1 week ago 1

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap hari, jutaan penduduk kota di Indonesia merasakan langsung dampak polusi udara dan kemacetan.

Di balik masalah yang seolah tak berujung ini, ternyata ada solusi yang bisa diwujudkan.

Solusi itu bukan hanya tentang mengganti kendaraan bermesin bensin, tapi juga tentang membangun sistem transportasi yang bersih, terjangkau, dan bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Baca juga: Cileungsi Semrawut, Butuh Segera Transportasi Massal Terintegrasi

Percepatan transisi menuju energi bersih dalam sektor transportasi bukan lagi sekadar wacana.

Hal ini menjadi kebutuhan mendesak untuk menciptakan transportasi berkelanjutan dan inklusif. Inisiatif ini didukung oleh berbagai pihak, mulai dari pelaku industri hingga pemerintah dan relation transportasi publik.

Kolaborasi Industri dan Transportasi Publik

Salah satu tantangan terbesar adalah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Di sinilah peran energi terbarukan menjadi krusial.

Baca juga: Jika Lokasi Rumah Subsidi di Cikampek, Berapa Ongkos Transportasi ke Jakarta?

Grup Barito Pacific melalui anak perusahaannya, Chandra Asri Group, mengembangkan energi bersih, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Manajer Ekonomi Sirkular dan Kemitraan Chandra Asri Group, Nicko Setyabudi, menekankan bahwa penggunaan sheet surya untuk menghasilkan "listrik hijau" akan menjadi tren masa depan untuk mengurangi emisi.

Sektor transportasi publik juga bergerak cepat. PT Transjakarta menargetkan semua layanannya beralih ke autobus listrik pada tahun 2030.

Baca juga: Revolusi Transportasi Dimulai, Truk dan Bus Listrik Bakal Kuasai Jalan

Direktur Operasional dan Keamanan PT Transjakarta, Daud Joseph, mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada 570 autobus listrik yang beroperasi, dengan rencana penambahan terus-menerus.

"Langkah ini menunjukkan keseriusan kami untuk menyediakan angkutan umum yang tidak lagi menyumbang polusi udara," ujar Daud dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (25/8/2025).

Tantangan Besar Menuju Transportasi Inklusif

Namun, transisi menuju kendaraan listrik saja tidak cukup. Tantangan terbesar justru terletak pada aspek inklusivitas.

Studi dari Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) mengungkapkan adanya kesenjangan mobilitas yang parah di Jabodetabek.

Baca juga: Transportasi Sumbang 60 Persen Polusi Udara di Jakarta

Meskipun Jakarta memiliki cakupan transportasi publik hingga 78 persen, kota-kota penyangga seperti Bodetabek baru menjangkau 8-29 wilayah wilayah.

Kesenjangan ini memaksa banyak orang untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi, yang berujung pada kemacetan dan polusi yang kian parah.

Read Entire Article









close
Banner iklan disini